Menyatukan Hati dengan Allah

Ibnul Qayim berkatadalam buku al-Fawa’id, melepas pandangan mata akan melukiskan apa yang dipandang didalam hati. Hati adalah sebuah kotak. Dan Zat yang berhak disembah tidak rela berdesakan dengan berhala.
Hati yang didalamnya terlukais gambar Yang Maha benar akan menghapus semua gambar makhluk. Ia melihat Tuhannya dan hanya mengharap ridha-Nya. Semua itu akan dirasakan dalam semua kondisi, baik kala sendiri atau sedang bersama orang lain, baik dalam bergurau ata bersungguh – sungguh, baik dalam bicara atau diam, baik sedang dirumah atau bepergian. Ini adalah label yang diketahui oleh orang saleh ditengah-tengah hiruk pikuk dunia. Ini adalah sebuah komitmen tak tertulis yang ditandatangani oleh hati dan jiwa mereka. Orang-orang seperti mereka menjadikan berbagai kegelisahan menjadi satu. Mereka segera merasakan keindahan dengan bermunajat kepada Tuhannya. Mereka segera merasakan knikmatan dengan khusuk dihadapan Tuhannya. Mereka sampai ke tempat tujuan, ketika orang lain kelelahan

Kita ambil satu contoh : Ada orang yang akan melakukan perjalanan jauh dan telah memastikan tjuannya, dia telah menyiapkan barang dan bekalnya dengan baik. Ia mengerahkan segala kekuatannya dalam perjalanan dan menanamkan niat untuk sampai ke kampung halaman. Ia tetap sadar dan selalu berhati – hati terhadap pembegal yang tersembunyi di balik bunga – bunga yang beraneka ragam warna dan semerbak yang akan memperlambat langkahnya. Jika ia tetap konsisten dan waspada, maka ia akan sampai ke tujuan dengan selamat dalam waktu singkat. Namun, apabila ia tertipu dan terpana dengan keindahan ditengah jalan, bagaimana mungkin bisa sampai ketujuan? Masa untuk mengumpulkan bekal, walau hanya sebentar, akan membuat keterhambatan. Apalagi dengan orang yang tidur pada saat itu? Meskipun dalam perjalanan seluruh waktu digunakan untuk berjalan, masih dikhawatirkan seorang musafir tidak sampai ke tujuan. Lalu, bagaimana jadinya jika perjalanan dilakukan oleh orang-orang yang malas? Jika kampung halaman itu adalah surga, pembegal yang menghadang adalah pandangan, dan si pengembara adalah kita.

Ada lagi contoh untuk memperjelas gambaran diatas. “ Perhatikanlah kuda, ketika kuda menghampiri air yang jernih, tiba-tiba ia menjeburkan salah satu kakinya kedalam air, hingga air menjadi keruh. Apakah kalian tahu, mengapa ia melakukan itu? Karena ia melihat bayangan dirinya dan bayangan bayangan yang lain di air itu. Ia membuat air itu keruh agar bayangan – bayangan menjadi tidak jelas. Kemudia ia baru meminumnya. ( artinya, untuk mendapatkan apa yang menjadi tujuannya, yaitu minum air, kuda tidak mau terganggu oleh bayang – baying ). Sesuai degan pepatah berakit-rakit ke hulu, berenang ketepian. Sakit – sakit dahulu, bersenang kemudian.

mari bersama – sama kita jaga hati, bermunajat dengan Allah, satukan hati dengan mencintai Allah swt agar apa yang menjadi tujuan kita tidak terhalang dengan indahnya dunia. Wallau alam.
Menyatukan Hati dengan Allah Menyatukan Hati dengan Allah Reviewed by Fadhil Mustaqim on 19.08 Rating: 5

Tidak ada komentar:

Diberdayakan oleh Blogger.